Financial Intermediation Financial Intermediation | EUREKA
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Financial Intermediation

Telah diakui dengan baik bahwa perkembangan financial intermediation dihubungkan kuat dan positif dengan perkembangan ekonomi. Di satu sisi, negara dengan pendapatan rendah biasanya mempunyai sistem finansial yang sangat primitif. Pada sistem ini, sebagian besar financial intermediation ditunjukkan oleh bank komersial. Pasar finansial mungkin kurang berkembang atau tidak ada. Di sisi lain, negara dengan pendapatan tinggi biasanya mempunyai sistem finansial yang lebih kompleks yang bertindak sebagai intermediasi di antara jumlah dan variasi perdagangan finansial. Beberapa peneliti seperti Schumpeter (1912), Gerschenkron (1962), Patrick (1966), Goldsmith (1969) dan Cameron (1972) telah meneliti fenomena ini.

Dalam opini Schumpeter (1912), kewirausahaan dan perbankan adalah dua sumber kunci perkembangan ekonomi. Bankir menyediakan pinjaman kepada pengusaha yang paling produktif dan memainkan peran yang mendorong pertumbuhan. Gerschenkron (1962) mengajukan hipotesis yang menghubungkan "kemunduran" ekonomi dengan keuangan. Dia mencermati Inggris sebagai pionir industrialisasi, Jerman sebagai moderate backwardness dan Rusia sebagai extreme backwardness. Dari klasifikasi ini, dia meneliti sebagai berikut. Di Inggris, perusahaan swasta mensuplai kewirausahaan dan modal kepada mereka. Di Jerman, bank menyuplai kewirausahaan dan mendanai perusahaan swasta. Di Rusia, sumber kewirausahaan dan keuangan disuplai oleh pemerintah kepada perusahaan swasta. Hipotesis Gerschenkron (1962) juga menyatakan bahwa pemerintah negara berkembang memulai dan mendanai industrialisasi, kemudian pada tahap selanjutnya bank mendanai keuangan mereka. Contoh, Taiwan, Korea, Singapura, China dan negara berkembang lainnya mungkin mengikuti evolusi ini.

Implikasi ini menghasilkan kepentingan akademis dalam hubungan antara finansial dan economic development. Dalam buku yang ditulis Goldsmith (1969), dia menggunakan data 35 negara selama periode 1860 sampai 1963 untuk mendokumentasikan beberapa hubungan antara finansial dan economic development. Dia memperkenalkan "financial interrelation ratio" yang didefinisikan sebagai rasio nilai semua aset finansial terhadap nilai total aset berwujud (kekayaan nasional). Kesimpulan ini menyatakan bahwa terdapat hubungan "paralelisme yang dapat diamati antara ekonomi dan financial development" (Goldsmith, p. 48).

Dalam buku yang diedit oleh Cameron (1972), dia dan kontributor lain menguji masalah pendanaan economic development melalui pengalaman historis beberapa negara. Negara-negara tersebut meliputi Austria (1800-1914), Italia (1861-1914), Spanyol (1829-1874), Serbia (1878-1912), Jepang (1868-1930), Louisiana (1804-1861) dan Amerika Serikat (1863-1913). Untuk kesimpulan buku ini, dia (Cameron 1972, p. 25) menulis bahwa "apabila perbankan bebas berkembang merespon permintaan jasanya, maka akan menghasilkan hasil yang terbaik. Pembatasan kebebasan hampir selalu mengurangi kuantitas dan kualitas jasa finansial tersedia untuk ekonomi dan dengan demikian menghalangi atau mengganggu pertumbuhan ekonomi." Dugaan masyarakat bahwa sistem perbankan adalah agen pasif dan permisif, dia (Cameron, 1972) menemukan bahwa gagasan tersebut tidak dapat didukung dari bukti yang terdapat pada buku.

Meskipun hubungan kuat antara finansial dan economic development telah diidentifikasi oleh perangkat studi cross country, hubungan kausal antara mereka dalam konteks time series tidak berkembang baik sampai pada studi Patrick (1966). Dia (p.174) merujuk penelitian Goldsmith dan menyebut bahwa ada "peningkatan jumlah dan varietas institusi finansial dan kenaikan substansial pada proporsi tidak hanya uang tetapi juga total semua aset finansial terhadap GNP dan terhadap kekayaan berwujud..." sepanjang waktu dan sepanjang dengan economic development. Pada dasarnya, muncul pertanyaan apakah financial development mendorong pertumbuhan ekonomi, atau hal tersebut (financial development dan pertumbuhan ekonomi) secara simultan dipengaruhi beberapa faktor.

Patrick (1966) mengajukan dua hipotesis untuk menguji kausalitas. Dia mendefinisikan (p.174) sebagai fenomena "demand following" yang mana "pembentukan institusi finansial modern, aset dan utang finansial serta jasa finansial yang berhubungan adalah sebagai respon permintaan jasa-jasa ini oleh investor dan penabung pada sistem ekonomi riil". Dia (p.174) lebih jauh menekankan bahwa "evolusi perkembangan sistem finansial adalah konsekuensi lanjutan proses yang berpengaruh besar pada economic development." Hal ini mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi mendahului financial development dalam konteks time series.

Sebaliknya, dia juga mendefinisikan (p.175) fenomena "supply leading" sebagai "pembentukan institusi finansial dan supply aset serta utang finansial dan jasa finansial yang terkait sebagai peningkatan permintaan untuk jasa tersebut khususnya permintaan pengusaha pada sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi modern." Dia (pp. 177-178) lebih jauh menjelaskan mengenai fenomena supply leading, yaitu bagaimana sistem finansial dapat mengakselerasi capital accumulation dan pertumbuhan ekonomi.

Pertama, institusi finansial dapat mendorong alokasi total jumlah kekayaan berwujud yang lebih efisien (modal dalam arti luas), dengan membawa perubahan dalam kepemilikannya dan dalam komposisinya melalui intermediasi di antara berbagai tipe pemegang aset/asset holder. Kedua, institusi finansial dapat mendorong alokasi investasi baru ke capital stock yang lebih efisien dari penggunaan yang relatif kurang produktif ke yang lebih produktif melalui intermediasi antara penabung dan investor pengusaha. Ketiga, mereka dapat mendorong peningkatan tingkat akumulasi modal dengan menyediakan insentif yang meningkat untuk menyimpan, menginvestasikan dan bekerja.

Dia (p.185) menyimpulkan bahwa "perkembangan sistem finansial tidak hanya mengakomodasi tetapi bahkan mendorong pertumbuhan..." Karena itu, dalam pengertian ini, financial development menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengimplikasikan bahwa financial development mendahului pertumbuhan ekonomi dalam konteks time series. Banyak studi yang dilatar-belakangi oleh ide dan temuan terdahulu, intisari konsep ini adalah studi time series pada hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan financial development sesuai dengan hipotesis Patrick (1966).

Dengan perangkat Granger Causality Test (1969), maka dapat diuji Hipotesis Patrick dan yang menandai hubungan dinamis antara pertumbuhan ekonomi dan financial development. Seperti pada Gupta (1984), Jung (1986) dan Thornton (1996) maka dipilih seperangkat variabel finansial dan riil untuk mengimplementasikan pengujian. Tetapi, perlu diketahui bahwa Granger Causality mungkin tidak merefleksikan hal yang mendasari hubungan kausal arah kausalitas yang didefinisikan oleh filosofi sains. Untuk alasan tersebut, sebaiknya menginterpretasikan hasil pengujian sebagai pengujian pada preseden, prediktabilitas dan eksogenitas yang ketat.

Dari ide Granger Causality, kemudian menguji apakah perkembangan masa lalu pada sektor finansial (historis) mempunyai konten prediktif yang secara statistik signifikan untuk pertumbuhan ekonomi sekarang atau sebaliknya. Jika financial development masa lalu menyebabkan pertumbuhan ekonomi sekarang dalam arti Granger, maka dapat dikatakan bahwa terdapat kausalitas supply leading. Jika pertumbuhan ekonomi masa lalu menyebabkan financial development sekarang maka dapat dikatakan bahwa terdapat kausalitas demand following. Definisi ini menggunakan analogi hipotesis Patrick. Jika terdapat dua tipe kausalitas secara simultan maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan feedback antara keduanya. Ketika kedua tipe kausalitas ada, maka dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut adalah independen.

Pada literatur ekonometrik time series, terdapat beberapa Model Granger Causality Test. Disamping Model Granger (1969), juga dapat digunakan Model Sims (1972) serta Model Geweke (1982). Karena Granger Causality Test sensitif dengan lag length, frekuensi data, stasionaritas data dan information set, maka dapat mengimplementasikan dengan cara mengubah faktor-faktor tersebut untuk menunjukkan robustness hasil uji.

Selanjutnya, bisa juga memperluas bivariate test ke multivariate test dengan menggunakan VAR model yang dianjurkan Sims (1980). Dalam konteks multivariate, dilakukan dengan mengimplementasikan banyak pengujian seperti Granger Causality pada VAR, block exogeneity test, instantaneous causality test, dan analysis of innovations. Analisis inovasi, menunjukkan analysis of variance decomposition dan impulse response. Dengan perangkat Granger Causality Test pada VAR juga dapat mengecek robustness hasil dari konteks bivariate ketika information set diubah. Melalui block exogeneity test, digunakan untuk menguji apakah variabel finansial sebagai block Granger mempengaruhi variabel riil sebagai sebuah block dan sebaliknya. Seperti pada instantaneous causality test, pengujian penting untuk strict exogeneity test dan determinasi ordering pada analisis inovasi.

Variance decomposition digunakan untuk mengukur konsekuensi jangka panjang Granger Causality. Itu semua untuk pengukuran konten prediktif jangka panjang variabel finansial untuk variabel riil pada jangka panjang dan sebaliknya. Untuk mengilustrasikan respons dinamis variabel riil pada innovation variabel finansial, analysis of impluse response ditunjukkan dengan plotting responses. Melalui permutasi ordering, dapat menginvestigasi konsistensi dinamic response.

Karena definisi Granger Causality mendasarkan pada asumsi stasionaritas, univariate analysis tiap variabel fokus pada pengujian akar unit. Untuk negara berkembang, ekonomi mungkin pada transitional path ke steady state. Selain itu, negara berkembang mungkin mengahadapi beberapa perubahan struktural dan cenderung menjadi vulnerable/mudah terkena dampak guncangan harga minyak. Beberapa index structural change dan harga minyak digunakan untuk menguji robustness hasil pengujian.

Di samping hasil uji statistik, juga melakukan review evolusi financial development dan pertumbuhan ekonomi. Tanpa review tersebut, hasil pengujian tidak akan memuat konten ekonomi yang besar. Secara khusus, kebijakan pemerintah dan karakteristik institusional memainkan peran penting dalam mempengaruhi hasil pengujian. Pengaruh ini mungkin telah diteliti pada historical review.




Klik tombol like di atas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Tautan ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form di bawah post ini.
Maturnuwun...

Subscribe in a reader

Comments :

0 comments to “Financial Intermediation”
Views All / Send Comment!

Post a Comment