Berawal pada Amir dan Lev (1996), sebagian besar badan literatur akuntansi mengeksplorasi value relevance dari informasi non keuangan. Kesimpulan umum yang berkembang dari penelitian tersebut adalah informasi akuntansi (keuangan) dan investasi fundamental yang terkait seperti arus kas dan laba tidak terpisah menjelaskan variasi dalam return saham. Barth dan McNichols (1994) serta Hughes (2000) berargumen bahwa indikator non keuangan kinerja lingkungan memiliki komponen kewajiban tak tercatat yang dinilai oleh pasar modal. Lebih jauh, Daniel dan Titman (2006) menunjukkan bahwa future earning tidak terkait dengan ukuran akuntansi tradisional dari kinerja masa lalu (seperti earnings dan book values), yang didefinisikan sebagai informasi tangible. Selanjutnya, return saham dijelaskan oleh adanya intangible information tentang kinerja masa depan, yang independen dari kinerja masa lalu.
Partumbuhan gap antara nilai pasar dari saham perusahaan dan nilai bukunya berlanjut menjadi isu penting yang sangat ekstrim dalam perdebatan akademik.Selama beberapa dekade, pertumbuhan yang cepat dari investasi pertanggung jawaban social telah meningkatkan kesadaran investor pada informasi keuangan yang ekstra berkaitan dengan isu environmental, social and governance (ESG) (Renneboog et al., 2008; Brammer et al., 2006). Sejumlah peningkatan studi akademis telah berargumen bahwa informasi ESG membantu investor untuk menilai asset tak berwujud (intangible assets) yang tidak diakui dalam biaya historis berdasar laporan keuangan. Extra-financial information yang diungkapkan melebihi peraturan regulator dan legislasi mencakup kinerja pada nilai penggerak yang berbasis laba keuangan masa depan.
Environmental/social performance mempengaruhi return saham secara langsung melalui penggunaan sumber daya manusia dan materi yang efisien, atau tidak secara langsung melalui image yang positif terhadap nasabah, supplier, dan komunitas (Brammer et al., 2006; Orlitzky et al., 2003). Walaupun literarur pada hubungan antara financial dan environmental/social performance sedang berkembang, terdapat keterbatasan bukti penelitian yang memfokuskan pada penggabungan kembali konstruk corporate environmental/social responsibility dalam rangka mendalami pemahaman ada atau tidaknya nilai pasar perusahaan yang dipengaruhi oleh kriteria non keuangan dan bagaimana keterkaitannya.Oleh karena itu diusulkan bahwa market value perusahaan akan merefleksikan kinerja financial dan nonfinancial environmental/social mereka.
Financial performance tidak berjalan sendiri dalam menjelaskan market value perusahaan, tetapi value relevance dari informasi laporan keuangan dapat dilengkapi jika dikombinasikan dengan informasi environmental/social information yang dihimpun dari opportunities ratings. Dalam instilah research settings, secara berhubungan erat pada studi tentang value relevance dari informasi non-financial environmental dalam Hassel et al. (2005), yang menguji value relevance dari environmental performance sebelum 1990. Hasil mereka mengungkapkan bahwa environmental performance secara negatif berhubungan dengan market value of equity dalam periode waktu dengan menggelembungkan market premiums dalam sektor tertentu.
Dalam studi terdahulu konstruk multidimensi yang mengukur kinerja perusahaan dari dimensi ESG yang luas digunakan (Derwall dan Vermijmeren, 2008; Scholtens dan Zhou, 2008). Pengaruh dari atribut gabungan tersebut adalah bahwa ESG pada level agregat tidak berkaitan dengan ukuran market value measures dan karenanya memfokuskan perhatian pada aspek yang salah dan menghasilkan inferensi yang tidak tepat. Studi ini memberikan bukti empiris dengan menggunakan GES-Investment services opportunity rating selama periode 2000-2010 untuk environmental and social indexes serta subdimensinya.
Partumbuhan gap antara nilai pasar dari saham perusahaan dan nilai bukunya berlanjut menjadi isu penting yang sangat ekstrim dalam perdebatan akademik.Selama beberapa dekade, pertumbuhan yang cepat dari investasi pertanggung jawaban social telah meningkatkan kesadaran investor pada informasi keuangan yang ekstra berkaitan dengan isu environmental, social and governance (ESG) (Renneboog et al., 2008; Brammer et al., 2006). Sejumlah peningkatan studi akademis telah berargumen bahwa informasi ESG membantu investor untuk menilai asset tak berwujud (intangible assets) yang tidak diakui dalam biaya historis berdasar laporan keuangan. Extra-financial information yang diungkapkan melebihi peraturan regulator dan legislasi mencakup kinerja pada nilai penggerak yang berbasis laba keuangan masa depan.
Environmental/social performance mempengaruhi return saham secara langsung melalui penggunaan sumber daya manusia dan materi yang efisien, atau tidak secara langsung melalui image yang positif terhadap nasabah, supplier, dan komunitas (Brammer et al., 2006; Orlitzky et al., 2003). Walaupun literarur pada hubungan antara financial dan environmental/social performance sedang berkembang, terdapat keterbatasan bukti penelitian yang memfokuskan pada penggabungan kembali konstruk corporate environmental/social responsibility dalam rangka mendalami pemahaman ada atau tidaknya nilai pasar perusahaan yang dipengaruhi oleh kriteria non keuangan dan bagaimana keterkaitannya.Oleh karena itu diusulkan bahwa market value perusahaan akan merefleksikan kinerja financial dan nonfinancial environmental/social mereka.
Financial performance tidak berjalan sendiri dalam menjelaskan market value perusahaan, tetapi value relevance dari informasi laporan keuangan dapat dilengkapi jika dikombinasikan dengan informasi environmental/social information yang dihimpun dari opportunities ratings. Dalam instilah research settings, secara berhubungan erat pada studi tentang value relevance dari informasi non-financial environmental dalam Hassel et al. (2005), yang menguji value relevance dari environmental performance sebelum 1990. Hasil mereka mengungkapkan bahwa environmental performance secara negatif berhubungan dengan market value of equity dalam periode waktu dengan menggelembungkan market premiums dalam sektor tertentu.
Dalam studi terdahulu konstruk multidimensi yang mengukur kinerja perusahaan dari dimensi ESG yang luas digunakan (Derwall dan Vermijmeren, 2008; Scholtens dan Zhou, 2008). Pengaruh dari atribut gabungan tersebut adalah bahwa ESG pada level agregat tidak berkaitan dengan ukuran market value measures dan karenanya memfokuskan perhatian pada aspek yang salah dan menghasilkan inferensi yang tidak tepat. Studi ini memberikan bukti empiris dengan menggunakan GES-Investment services opportunity rating selama periode 2000-2010 untuk environmental and social indexes serta subdimensinya.
Klik tombol like di atas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Tautan ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form di bawah post ini.
Maturnuwun...
Terima Kasih telah mengunjungi Tautan ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form di bawah post ini.
Maturnuwun...
Comments :
Views All / Send Comment!
Post a Comment