CREDIT MATURITY DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: TINJAUAN SINGKAT CREDIT MATURITY DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: TINJAUAN SINGKAT | EUREKA
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

CREDIT MATURITY DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: TINJAUAN SINGKAT

Sebuah literatur teoritis dan empiris yang besar tentang financial development dan pertumbuhan ekonomi telah terbangun bahwa finance mempunyai pengaruh kausal yang positif, signifikan secara statistik, dan besar secara ekonomis pada pertumbuhan ekonomi dan sumbernya (Levine 2005). Secara teoritis, pengaruh ini meningkat melalui beberapa channel yang dirangkum oleh Levine (2005) dalam 5 kategori. Sistem finansial meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi karena:1) memproduksi informasi tentang investasi yang mungkin dan mengalokasikan modal, (2) memonitor investasi dan menerapkan corporate governance setelah memberikan pendanaan, (3) memfasilitasi trading, diversifikasi, dan manajemen risiko, (4) memobilisasi dan menggabungkan tabungan, dan (5) mempermudah pertukaran barang dan jasa. Pada dasarnya, financial development dapat didefinisikan sebagai seberapa besar sistem finansial menjalankan fungsi-fungsi ini dengan baik.

King and Levine (1993) mencatat bahwa dalam pandangan ahli ekonomi seperti Goldsmith (1969), McKinnon (1973), and Shaw (1973) “perbedaan-perbedaan kuantitas dan kualitas jasa yang disediakan oleh institusi keuangan dapat menjelaskan mengapa negara tumbuh pada tingkat yang berbeda/differences in the quantity and quality of services provided by institusi keuangan could partly explain why countries grow at different rates.” Tetapi, literatur empiris yang menginvestigasi pengaruh pertumbuhan bank lending hanya memfokuskan pada kuantitas jasa daripada kualitas jasa yang disediakan oleh sektor perbankan. Literatur mendasarkan pada asumsi yang dibuat Goldsmith (1969) dimana size sistem finansial adalah ukuran yang baik kuantitas dan kualitas fungsi yang disediakan sistem keuangan. Levine (2005) bahkan mengakuiOrganisasi bukti empiris menyatakan kelemahan penting pada literatur finance and growth: sering ada hubungan yang tidak cukup tepat antara teori dan pengukuran. Teori fokus pada fungsi tertentu yang disediakan sektor keuangan, [sedangkan literatur empiris] menyinggung proksi untuk financial development (Levine 2005).

Lebih jauh, Beck and Levine (2004) mencatat bahwa idealnya, peneliti akan membangun ukuran cross-country seberapa baik bank menunjukkan aktivitas mereka. Penulis juga mencatat bahwa “ekonom, bagaimanapun, belum mampu mengukur secara akurat jasa keuangan ini … [dan] konsekuensinya, peneliti secara tradisional menggunakan ukuran overall size sektor perbankan.” Levine (1999) mencatat bahwaIdealnya seseorang ingin membangun ukuran fungsi tertentu yang disediakan oleh sistem keuangan. Yaitu, seseorang ingin mempunyai ukuran komparatif kemampuan sistem keuangan untuk mencapai perusahaan dan mengidentifikasi usaha yang menguntungkan/profitable ventures, mendorong corporate control, me-manage risiko, memobilisasi tabungan, dan mempermudah transaksi. Pengukuran yang lebih akurat ketentuan jasa-jasa ini di berbagai single country akan menjadi luar biasa sulit; melakukannya untuk cross-section negara yang luas akan menjadi tidak mungkin. (Levine 1999)

Studi ini mengontribusi arah dengan menggali salah satu saluran yang mana financial development meningkatkan pertumbuhan ekonomi–ketentuan likuiditas dan perbaikan risiko likuiditas. Secara khusus, disertasi memberikan bukti empiris untuk fungsi transformasi likuiditas yang ditunjukkan oleh bank, yang menjadi bagian dari 3 fungsi pada kategorisasinya Levine yang dibahas di atas. Disertasi menunjukkan bahwa pengaruh aktivitas sektor perbankan pada pertumbuhan ekonomi bergantung pada fungsi transformasi likuiditas yang ditunjukkan oleh bank. Disertasi menjelaskan faktor-faktor apa yang menentukan seberapa besar sistem perbankan menunjukkan liquidity transformation, dan melihat bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebelum beralih ke bukti empiris dan ke literatur tentang determinan liquidity transformation, pada penelitian ini me-review literatur teoritis yang berhubungan dengan fungsi transformasi likuiditas bank terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Review ini akan membantu dalam memformulasikan hipotesis empiris tentang hubungan ini.

Levine (1997) mendefinisikan likuiditas sebagai “kemudahan dan kecepatan dengan agen dapat mengubah aset ke dalam kekuatan pembelian pada tingkat harga yang disepakati” dan risiko likuiditas sebagai risiko yang “muncul karena ketidakpastian yang dihubungkan dengan aset yang diubah ke dalam medium of exchange.” Likuiditas mungkin dihalangi berbagai informational asymmetries seperti juga biaya transaksi serta financial intermediari dan pasar muncul untuk memperbaiki masalah ini. Levine menjelaskan bahwa sebuah sistem yang menyediakan likuiditas dengan baik akan meninggalkan ketidakpastian yang kecil tentang timing dan settlement of contracts (penyelesaian kontrak), dan kontrak akan menjadi murah untuk diperdagangkan.

Lebih jauh, Levine (1997; 2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan erat dengan liquidity provision function dari sistem keuangan. Hubungan muncul “karena beberapa proyek high-return membutuhkan komitmen modal yang panjang, tetapi penabung tidak suka melepaskan kontrol tabungan mereka untuk periode yang lama.” Oleh karena itu, sistem keuangan memainkan peran penting karena dia membuat dana penabung individual lebih likuid, sedangkan dia menginvestasikan porsi dana ke dalam investasi jangka panjang yang tidak likuid.Levine (1997) mengutip bukti historis yang didapat Hicks (1969) untuk mendukung klaim ini. Menurut Hicks, pengembangan pasar modal yang memitigasi risiko likuiditas adalah sebab utama revolusi industri di Inggris. Investor individual dapat memegang liquid assets tetapi pada waktu yang sama sistem keuangan mengubah “instrumen finansial likuid ini ke dalam investasi jangka panjang pada proses produksi yang tidak likuid.” Karena revolusi industri Inggris membutuhkan komitmen besar modal untuk periode yang lama, Levine (1997) menyatakan “revolusi industri mungkin tidak terjadi tanpa liquidity transformation ini.”

Bencivenga and Smith (1991) merumuskan ide ini dalam sebuah model pertumbuhan ekonomi. Pada model mereka, institusi keuangan muncul untuk memenuhi kebutuhan likuiditas agen ekonomi individu ketika pengalokasian proporsi tabungan ekonomi yang lebih besar pada investasi jangka panjang dibandingkan pada kasus financial autarky. Model mengadopsi kerangka Diamond and Dybvig (1983) tentang sebuah ekonomi yang dihuni agen yang tidak pasti dengan kebutuhan likuiditas ke depan pada waktu mereka membuat keputusan alokasi modal. Kerangka ini disatukan dengan model pertumbuhan featuring eksternalitas investasi modal dimana produksi bergantung pada level modal perusahaan individual seperti juga societal capital level, seperti dalam Romer (1986). Pertumbuhan ekonomi ditingkatkan dengan kehadiran institusi keuangan karena mereka mengalokasikan proporsi tabungan ekonomi dalam proporsi besar ke proyek jangka panjang dengan produktivitas tinggi.Secara khusus, ada 2 tabungan assets: satu adalah liquid asset yang jatuh tempo lebih awal tetapi return yang kurang pada konsumsi barang daripada illiquid asset. Return yang tinggi pada illiquid asset menangkap gagasan siklus produksi yang rendah investasi produktivitas tinggi, seperti juga periode panjang pada produksi modal, seperti yang dibahas oleh Böhm-Bawerk (1891), Cameron (1967), and Kydland and Prescott (1982). Tetapi, jika illiquid asset dilikuidasi sebelum dia jatuh tempo, nilai likuidasi lebih rendah dari return liquid asset.

Preferensi individual tentang konsumsi dimodelkan seperti dalam Diamond and Dybvig (1983) sehingga agen mungkin mengalami kebutuhan likuiditas di berbagai periode dengan beberapa kemungkinan. Jika agen telah menginvestasikan porsi tabungan mereka dalam long-term assets dan dihadapkan dengan kebutuhan likuiditas, agen menguangkan pegangan long-term asset mereka. Mereka mengkonsumsi jumlah yang tersedia setelah likuidasi, plus hasil dari investasi jangka pendek mereka. Konsumsi lebih rendah dibandingkan dengan kasus ketika semua tabungan dialokasikan ke aset low-return tetapi likuid (dengan kata lain, investasi jangka pendek).

Dalam kondisi ini, agen menginvestasikan proporsi yang besar tabungan mereka pada liquid asset mengurangi dana yang tersedia untuk illiquid capital dengan produktivitas yang tinggi. Institusi keuangan muncul sebagai kelompok individual investors yang menggabungkan tabungan mereka. Institusi keuangan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas anggota individualnya dengan menjaga cadangan yang diinvestasikan pada liquid asset. Tetapi, institusi keuangan dapat menjaga fraksi total tabungan yang lebih kecil pada liquid assets dibandingkan dengan kasus financial autarky ketika agen individual mengalokasikan tabungan mereka antara aset likuid dan aset tidak likuid. Dengan aturan jumlah besar, kebutuhan likuiditas dapat diprediksi pada level agregat sehingga institusi keuangan dapat menjaga cadangan hanya dalam jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi agregat kebutuhan likuiditas itu. Oleh karena itu, dengan institusi keuangan, porsi tabungan yang lebih besar dialokasikan ke long-term illiquid assets yang menaikkan pertumbuhan ekonomi.Ini hanya penjelasan sederhana dan singkat tentang hasil pada Bencivenga and Smith (1991), karena paper mencari sejumlah kesempatan tambahan dan memberikan hasil tambahan yang menarik. Ketika tabungan diijinkan untuk bervariasi dengan atau tanpa bank, penelitian ini melihat bahwa hasil teoritis bersifat ambigu. karena pendapatan dan pengaruh substitusi bekerja pada arah yang berlawanan, perbaikan risiko likuiditas yang meningkat mungkin mengurangi tabungan.

Jappelli and Pagano (1994) menunjukkan bahwa likuiditas yang meningkat dapat menyebabkan bunga tabungan jatuh cukup untuk menurunkan keseimbangan pertumbuhan. Bahkan ketika tabungan jatuh dengan keberadaan financial intermediaries, pengaruh keseluruhan pada pertumbuhan dapat menjadi positif jika intermediari memberikan porsi yang lebih besar (yang lebih kecil) tabungan untuk long-term credit, dengan kata lain, jika long-term credit lebih besar di bawah intermediari daripada di bawah autarky, meskipun kredit keseluruhan menjadi lebih tinggi di bawah autarky. Sebagai tambahan, hasil empiris yang melihat pengaruh intermediasi keuangan pada tabungan telah ditunjukkan bahwa intermediasi keuangan mempunyai pengaruh yang kecil atau tidak ada pengaruh pada tabungan. Karena itu, asumsi intermediasi keuangan yang tidak mempunyai pengaruh pada tabungan sejalan dengan penelitian empiris yang menunjukkan tidak ada pengaruh yang kuat secara ekonomi dan signifikan secara statistik.

Bangunan pada Bencivenga and Smith (1991), Greenwood and Smith (1997) menunjukkan bahwa intermediasi keuangan yang disediakan bank perlu untuk meningkatkan pertumbuhan, sedangkan pada model aslinya intermediasi keuangan adalah pendorong pertumbuhan di bawah beberapa asumsi yang lemah. Lebih jauh, Greenwood and Smith (1997) mengutip dari Hicks (1969) and North (1981) mencatat bahwa “teknologi baru dapat digunakan hanya dengan ‘menghubungkan” investasi skala besar pada illiquid capital untuk periode yang lama.” Dengan menyediakan likuiditas dengan cara yang efektif sektor keuangan dapat meningkatkan investasi pada inovasi, akumulasi modal dan pertumbuhan.

Catatan bahwa proses produksi dapat memakan waktu yang lama, tidak pasti dan subyek guncangan, Holmstrom and Triole (1998) berpendapat bahwa akses kredit selama produksi mengurangi risiko likuidasi prematur dan meningkatkan insentif untuk investasi pada proyek periode lama dan higher-return. Model mereka, bagaimanapun, tidak memberikan hubungan formal antara ketetapan likuiditas dan pertumbuhan ekonomi seperti pada Bencivenga and Smith (1991). Kondisi sebaliknya, Aghion et al. (2005) menunjukkan bahwa inovasi dan pertumbuhan jangka panjang akan naik pada ekonomi yang mengalami guncangan makroekonomi tetapi perusahaan mempunyai akses ke kredit selama keseluruhan proses produksi. Prediksi ditegaskan secara empipris dengan menunjukkan bahwa financial development mengurangi adverse growth effects dari volatilitas makroekonomi. Tetapi, mereka tidak menginvestigasi data tentang jatuh tempo kredit.

Meskipun argumen meyakinkan yang telah dibahas di atas, gagasan bahwa long-term credit baik untuk pertumbuhan/growth tidak diterima secara universal. Sissoko (2006) mengombinasikan peran moneter dan finansial dari intermediari ke dalam model pertumbuhan dengan pembagian kerja. Model membolehkan agen untuk membeli dan menjual hambatan cash-in-advance yang memberikan kenaikan untuk pertumbuhan yang meningkatkan short-term credit. Model memprediksi bahwa short-term credit meningkatkan pertumbuhan, tetapi penulis tidak menguji prediksi ini untuk “kekurangannya data tentang credit maturity.”

Penelitian teoritis lainnya dimana short-term lending sebagai growth-enhancing adalah kerangka signalling Flannery (1986): perusahaan tidak terkait dengan reevaluasi oleh pasar kredit (perusahaan yang baik) akan meminjam dengan jangka pendek, sedangkan perusahaan yang takut reevaluasi (perusahaan yang buruk) akan ingin meminjam dengan jangka panjang. Karena itu, kredit jangka pendek dapat mempunyai pengaruh positif pada pertumbuhan karena kredit jangka pendek yang berlebih mengimplikasikan investasi yang lebih efisien. Tetapi, ini berlaku jika tidak ada komunikasi langsung antara peminjam dan pemberi pinjaman dan signalling hanyalah bentuk komunikasi.

Masih dalam kerangka signalling, Titman (1992) memperkenalkan setting yang lebih realistis (ketidakpastian suku bunga dan financial distress cost) yang mendorong perusahaan yang baik untuk menggabungkan long-term equilibrium, meskipun harapan mereka meminjam dengan jangka pendek. Lebih jauh, Diamond (1991) menunjukkan bahwa perusahaan yang baik meminjam jangka pendek dan jangka panjang karena ini membolehkan mereka untuk mengambil keuntungan dari berita baik ketika risiko likuiditas yang rendah.

Ada teori lain yang menyatakan bahwa long-term credit dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan kemungkinan krisis keuangan. Ennis and Keister (2003) menampilkan sebuah model dimana long-term credit menguntungkan baik untuk pertumbuhan dan “pencegahan krisis”. Penulis membangun sebuah endogenous growth model dimana bank runs mempengaruhi pasar modal dan output secara permanen. Model mereka mirip dengan Bencivenga and Smith karena konsumen mempunyai penggunaan yang mirip dan bank dapat memilih antara kesempatan investasi yang sama. Jika bank menjaga portfolio mereka lebih tidak likuid, ini menaikkan expected payoff kepada investor dan mempengaruhi mereka untuk menunggu sampai proyek jangka panjang lengkap. Ini menurunkan kemungkinan run. Hasilnya, penulis mencatat bahwa pada model mereka “tidak ada tradeoff antara pertumbuhan dan stabilitas … [karena] portfolio yang kurang likuid membawa pertumbuhan yang lebih tinggi dengan bank run yang lebih sedikit.”Dalam menyimpulkan bukti empiris yang menghubungkan liquidity provision dan pertumbuhan ekonomi, Levine (2005) mencatat bahwa “pengisolasian fungsi likuiditas ini dari fungsi finansial lainnya yang ditunjukkan oleh bank, bagaimanapun, telah terbukti sangat sulit.” Karena kesulitan ini, penelitian fokus pada pengaruh likuiditas satu sekuritas pada harganya. Levine mencatat, “studi security-level tentang hubungan antara likuiditas sekuritas individual dan harganya, bagaimanapun, tidak menghubungkan likuiditas dengan tingkat pertumbuhan jangka panjang nasional.”

Karena itu, bukti empiris lebih terbatas dan hanya fokus pada liquidity provision dengan pasar modal, sedangkan literatur yang menghubungkan liquidity transformation function bank dan credit maturity terhadap pertumbuhan ekonomi masih teoritis. Ini tidak mengejutkan karena data tentang credit maturity tidak tersedia. Menurut argumen Bencivenga and Smith (1991), penelitian ini mengumpulkan data cross country tentang maturity of bank credit ke sektor swasta. Bencivenga and Smith (1991) berpendapat bahwa long-term credit mendorong pertumbuhan. Menarik prediksi teoritis ini, pengujian disertasi ini yaitu apakah prediksi teoritis ini berlaku. Sebagai tambahan, penelitian ini menarik literatur sebelumnya dan menginvestigasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi porsi kredit yang diberikan sebagai kredit jangka panjang.




Klik tombol like di atas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Tautan ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form di bawah post ini.
Maturnuwun...

Subscribe in a reader

Comments :

0 comments to “CREDIT MATURITY DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: TINJAUAN SINGKAT”
Views All / Send Comment!

Post a Comment